News (Thorium menggantikan Uranium)
Jakarta (12/11/2008). Penelitian dan pengembangan di bidang geologi dan sumberdaya tambang dari berbagai instansi telah banyak dilakukan. Pemanfaatan sumberdaya tambang perlu ditingkatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat. Namun demikian pemanfaatan sumber tambang tersebut, harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak lingkungan.
Sebagai sarana tukar menukar informasi mengenai litbang ilmu kebumian dan sumber daya tambang terkini, Pusat Pengembangan Geologi Nuklir (PPGN) – BATAN menyelenggarakan Seminar Geologi Nuklir dan Sumberdaya Tambang Tahun 2008 dengan tema “Iptek Kebumian dan Energi bagi Kesejahteraan Masyarakat”, Rabu (12/11/08), di Lantai III Gedung Perasten, Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Dalam sambutannya, Kepala PPGN Johan Baratha H, M.Sc berharap, selain sebagai ajang saling tukar menukar informasi, dari seminar ini dapat membuka peluang-peluang kerja sama dengan pemda, instansi pemerintah, maupun instansi swasta dalam melakukan penelitian dan pengembangan sumberdaya tambang.
Seminar yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali ini, dibuka oleh Kepala BATAN Dr. Hudi Hastowo dan menghadirkan pembicara utama Dr. Ir. Bambang Setiawan, M.Sc Dirjen. Mineral Batubara Panas Bumi, Dr. Ir. Supriadi, M.Sc, M.App Staf Ahli Menko Perekonomian Bidang Persaingan Usaha dengan judul makalah Peran Kemenko Perekonomian Dalam Pengembangan Pemanfaatan Teknologi Nuklir, dan Dr. Ir. Karyono HS Deputi Kepala BATAN Bidang Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Rekayasa (PTDBR) dengan judul makalah Uranium: Bahan Galian Strategis dan Sensitif. Seminar dihadiri oleh para peneliti, akademisi dan peneliti masalah teknologi nuklir dalam dunia pertambangan, dan pelaku pertambangan.
Para ahli nuklir sepakat bahwa kalau tidak ada kecelakaan besar di fasilitas nuklir, maka kebangkitan era nuklir itu merupakan sesuatu yang mustahil untuk ditahan. Hal ini dikarenakan tuntutan masyarakat dunia terhadap energi sangat tinggi dan salah satu yang paling bisa diandalkan adalah energi nuklir. Demikian yang disampaikan oleh Kepala BATAN Hudi Hastowo mengawali sambutannya. “Kalau kita pakai PLTN, apakah uraniumnya tidak kekurangan seperti halnya kita kekurangan bahan bakar fosil”, lanjut Hudi lagi.
Saat ini para ahli nuklir mulai berpikir untuk memanfaatkan thorium sebagai bahan nuklir lain disamping uranium. Karena kalau thorium dijadikan bahan di dalam reaktor nuklir, seperti halnya untuk reflektor, maka thorium dapat dikonversi menjadi uranium-233 dan dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar nuklir. Hal ini sudah mulai dilakukan oleh negara India dan Amerika Serikat. Mereka membuka stand khusus PLTN dengan bahan bakar thorium untuk menjawab kelangkaan uranium sebagai sumber pokok, pada Pameran General Confrence IAEA tahun ini. Bahkan India sudah membuat rencana energi 50 tahun ke depan untuk memanfaatkan PLTN sebesar 250.000 MW dengan bahan bakar thorium. Oleh karena itu, Kepala BATAN berharap kepara para peneliti, khususnya di BATAN agar melihat hal ini sebagai satu peluang untuk bekerja lebih sungguh-sungguh dalam melakukan penelitian dan pengembangan bahan-bahan nuklir, bukan hanya pemanfaatan uraniumnya tetapi juga pengelolaan limbahnya. Kepala BATAN juga mengingatkan jangan sampai uranium yang ada di Indonesia, diambil dan dimanfaatkan oleh bangsa lain.
Saat ini para ahli nuklir mulai berpikir untuk memanfaatkan thorium sebagai bahan nuklir lain disamping uranium. Karena kalau thorium dijadikan bahan di dalam reaktor nuklir, seperti halnya untuk reflektor, maka thorium dapat dikonversi menjadi uranium-233 dan dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar nuklir. Hal ini sudah mulai dilakukan oleh negara India dan Amerika Serikat. Mereka membuka stand khusus PLTN dengan bahan bakar thorium untuk menjawab kelangkaan uranium sebagai sumber pokok, pada Pameran General Confrence IAEA tahun ini. Bahkan India sudah membuat rencana energi 50 tahun ke depan untuk memanfaatkan PLTN sebesar 250.000 MW dengan bahan bakar thorium. Oleh karena itu, Kepala BATAN berharap kepara para peneliti, khususnya di BATAN agar melihat hal ini sebagai satu peluang untuk bekerja lebih sungguh-sungguh dalam melakukan penelitian dan pengembangan bahan-bahan nuklir, bukan hanya pemanfaatan uraniumnya tetapi juga pengelolaan limbahnya. Kepala BATAN juga mengingatkan jangan sampai uranium yang ada di Indonesia, diambil dan dimanfaatkan oleh bangsa lain.
Sementara itu Bambang Setiawan dalam presentasinya menyatakan bahwa nuklir merupakan energi bersih, meskipun perlu investasi besar tetapi cukup murah dalam operasionalnya, sehingga harus dikelola dengan baik. Meskipun Indonesia merupakan penghasil energi terbesar tetapi sangat disayangkan tidak mempunyai cukup energi listrik, pasokan energi listrik sering terlambat, bahkan pemadaman listrik sering terjadi.
0
komentar